Minggu, 05 Desember 2010

Kabut Hitam di Mata Annabelle


02.30 | Author: Sebuah Cerpen

Kabut Hitam di Mata Annabelle
Oleh:Arief Rahman Heriansyah*

           
            Musim gugur akan segera berakhir.Tampak dari pohon citrus di halaman rumah besar itu hanya sedikit dihiasi daun berwarna merah tua di ujung tangkainya.Udara musim ini semakin membuat penduduk menggigil setiap harinya karena cuaca yang seperti mau membeku saja.
            Di jendela besar lantai tingkat,gadis kecil itu masih terpaku menyaksikan kepergian ayahnya di muka gerbang rumahnya yang terlampau besar bagi penduduk di sekitarnya. Kali ini ayahnya pergi dengan pakaian militer dan bersenjata lengkap.Didampingi sekitar beberapa tentara serdadu yag juga berseragam resmi dan senjata yang selalu sedia di kedua tangannya.Tampak beberapa tentara itu memberi hormat kepada tuannya yang mau menaiki mobil besi yang sangat kokoh itu.Wajahnya tampak berwibawa,sembari senyum kepada anak buahnya,ia lalu menutup pintu mobil itu karena sudah mau berangkat entah kemana.Saat semua mobil berat itu melaju,seorang gadis kecil di jendela itu semakin murung,pipinya yang kemerahan tampak merona karena entah sedih atau marah dengan kepergian ayahnya yang selalu mendadak,dan itu semakin membuatnya sunyi di rumah sebesar ini.
            Dipeluknya erat boneka panda besar hadiah ulang tahunnya yang ke-delapan tahun lalu.Hatinya kembali dingin,sedingin cuaca sekarang ini.Khadija,seorang pelayan di rumah besar ini nampak sedang membersihkan debu-debu di dinding rumah yang berasitektur klassik dan tampak berkelas.
            “Khadija,bisakah kau buatkan aku secangkir susu?” Ucap gadis kecil itu polos.
            “Baik,tunggu sebentar Nona.” Khadimah itu meletakkan pembersih debu lalu bergegas menuju ke belakang.Tak lama kemudian ia datang dengan membawa baki dan secangkir susu hangat diatasnya.
            “Silahkan,Nona.” Ucapnya ramah sembari tersenyum.
            “Terima kasih,Khadija” Pelayan itu mengangguk hormat seraya bergegas kembali kebelakang.
            “Emm…Tunggu!!” Suara gadis kecil itu tertahan.
            “Ya,Nona?”
            “Bisakah kau tetap disini temani aku. Yaa…aku rasa aku sedang kesepian akhir-akhir ini”
            “Baiklah,dengan senang hati Nona.” Ucapnya ramah.
            “Kemarilah, kau tau? Aku sangat tidak suka bila Ayahku pergi dari rumah ini secara mendadak  tanpa harus memperhatikan kondisiku sekarang.Kau tau kan,semenjak kematian Ibunda dua tahun lalu aku jadi suka menyendiri.Dan teman bicaraku hanya Ayah dan kau saja.”
            Khadija tersenyum mendengarkan penuturan polos dari majikan muda di hadapannya ini.
            “Mungkin Tuan sedang sibuk,Nona…”
            “Tapi apakah itu harus setiap hari? Tanpa memperdulikan siang atau malam.Aku paling benci jika para lelaki berseragam aneh itu datang kerumah ini untuk menjemput Ayah untuk pergi entah kemana,senjata-senjata besar mereka kadang membuat aku takut.
Oh,ya ampun! Aku melihat senapan yang sangat besar digantung di dinding kamar Ayah kemarin malam.Kurasa Ayah baru membelinya,soalnya senapan itu masih mengkilap.”
            Gadis kecil itu makin bersemangat berseloroh tanpa disadarinya rasa sepi itu hilang dengan sendirinya.Khadija dengan takzim mendengarkannya dengan seksama curahan hati majikannya,walaupun tubuhnya cukup lelah hari ini.
            “Baiklah Nona,kurasa sudah waktunya anda istirahat siang.Tapi sebelumnya anda harus berendam di bak air hangat dulu,itu baik untuk kesehatan Nona.Aku akan menyiapkannya dulu.”
            “Terima kasih,Khadija.Oh,aku lupa! Dimana tempat tinggalmu?”
            “Indonesia…Negeri yang indah sekali.” Ucapnya kembali tersenyum..
            “Wow, bolehkah kapan-kapan aku dan Ayah berkunjung kesana? Aku ingin sekali merasakan suasana alamnya, pasti sangat menyenangkan bukan?”
            “Oh,Tentu saja!”
            Gadis kecil itu berjalan riang menjuju kamarnya.Tahukah kau? Ia bernama Annabelle.Parasnya sangat mirip dengan Ibunya yang masih keturunan Eropa.Dengan rambut panjang bergelombang berwarna keemasan semakin menambah manis wajahnya.
Walau kadang kelakuannya sedikit membuat Khadija harap-harap cemas.
            Khadija berjalan pelan menuju dapur  untuk membersihkan baki dan gelas bekas majikan mudanya tadi.Pekerjaan rumah hari ini sangat menguras tenaganya,apalagi waktu menyiapkan jamuan untuk pasukan tentara serdadu anak buah Tuannya tadi pagi.
Tapi semua itu ia lakukan dengan senang hati tanpa mengeluh sedikit pun.Bagaimana pun ia harus betul-betul mengabdi pada majikan yang telah membantu hidupnya selama hampir sepuluh tahun ini.Dan ia tahu betul untuk menghormati adat di Negeri orang lain.

*****
            Angin musim gugur kian menderu-deru tengah malam ini.Tampak dahan pohon citrus bergoyang-goyang karena diterpa angin deras, salah satu ujung dahannya mengetuk-ngetuk jendela besar kamar Khadija,sehingga membuat ia terjaga dari tidur lelapnya.Pada saat yang bersamaan telinga Khadija menangkap bunyi sesuatu yang agak ribut di halaman rumah,ia pikir mungkin Tuan baru datang dari tugasnya.Setelah suara ribut-ribut itu mulai reda diiringi berlalunya dentuman mesin motor Khadija bangkit dari peraduaan mimpinya menuju ke kamar mandi.Percikkan air dingin membasahi wajah dan anggota tubuhnya yang lain. Ia hamparkan sebuah kain permadani suci.Ia benamkan sujud pasrahnya di hamparan kain itu,sangat khusyu’.Dengan gerakan pelan yang lembut,kesyahduan merasuki sukma raganya sampa ia akhiri sujud sembahnya.Telah terlaksanalah tahajjudnya tengah malam ini.Ia sadar ada sesosok orang yang memperhatikannya dari tadi.Pintu kamarnya sedikit terbuka,setelah Khadija menoleh memastikan,ia kaget bukan kepalang.Karena yang telah berdiri disitu adalah sosok Annabelle!
“Kenapa kau selalu melakukan hal itu? Apakah itu semacam gerakan senam?”
 Khadija sedikit kaget karena baru kali ini Annabelle bertanya seperti itu,seakan-akan menohok hatinya.Ia sedikit salah kaprah.
 “Nona,kenapa anda berdiri disitu? Oh,akan saya antarkan anda ke kamar tidur  sekarang juga.”
            “Tidak perlu Khadija….” Mata Annabelle sembab.Ia berjalan mendekati Khadija yang masih duduk terbungkus dengan pakaian sucinya.
“Aku terbangun karena kedatangan Ayah tadi.Dia langsung tidur tanpa menjenguk anaknya ke kamar terlebih dulu.” Annabelle terisak,namun secepatnya ia seka air mata yang baru ingin keluar dari mata beningnya itu.
“Kemarilah Nona, duduklah di pangkuanku.” Annabelle menurut,dan segera menghambur ke pelukan Khadija.”
“Khadija…bisakah kau menjelaskan,apa yang sedang kau lakukan ini?”
            Khadija terdiam kaku.Annabelle kembali berseloroh.
            ”Kulihat kau selalu melakukannya setiap hari.Dan,oh…lihat seragammu itu! sungguh lucu karena hanya mukamu saja yang terlihat.Apa kau tidak capek? Ayahku tidak pernah mengajarkan hal semacam ini kepadaku.”
            Khadija tersenyum mendengar penuturan dari majikan mudanya ini.Hal ini membuat ia jauh dari rasa kantuk.
            “Nona…Anda akan mengerti bila sudah saatnya nanti.” Ucapnya lirih.
            “Aku tidak mengerti ucapanmu,Khadija.”
            “Ini tentang suatu keyakinan manusia di muka bumi ini.Dan semua manusia memiliki keyakinannya masing-masing.”
            “Aku semakin tidak mengerti ucapanmu...”
            “Ma’af,saya tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi…Tuan akan marah jika mengetahui putrinya berada di kamar pelayannya setinggi malam ini.Nona akan mengerti semuanya bila Nona sudah dewasa nantinya,percayalah padaku!”
            “Baiklah,aku akan kembali ke kemarku sekarang juga.Selamat malam…”
Annabelle bangkit menuju keluar pintu kamar Khadija. Perasaan bersalah seketika menyelimuti hati Khadija. Ia menatap kepergian Annabelle dengan perasaan gamang.
            “Oh,satu lagi! Aku lupa…Bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan Nona? Kita berteman baik bukan? Panggil saja aku Anna.”
            “Ba..baiklah kalau begitu,Anna.” Khadija menahan suatu perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.

*****
           
            Apapun yang terjadi,ini seperti halnya déjà vu yang merasuki akal nalar setiap manusia pada saat tertentu.Suatu ketika Browndr Crealdmeer,salah satu pasukan pimpinan perang sedang memantau keadaan rumah-rumah yang telah hancur berantakkan dan selebihnya rata dengan tanah.Dengan senapan panjang yang selalu sedia di kedua tangannya,moncong senjata itu seperti siap memuntahkan isi peluru dengan hanya satu gerakan jari saja.Akhir-akhir ini ia sering kesal karena selalu luput dari pandangan anak-anak yang sering melemparkan batu-batu ke arah mobil tank besar miliknya.Entah darimana datangnya,satu kerikil tepat mengenai pelipis kirinya,sehingga membuat ia makin geram pada segerombolan anak-anak sialan itu.Komandan Browndr sering mengumpat-umpat di dalam hati akan kekesalannya pada anak-anak itu.Mereka memang terlalu gesit dan lincah,sehingga selalu luput dari pandangan para tentara sekutu.Komandan Browndr bersumpah akan menguliti mereka habis-habisan bila suatu ketika tertangkap oleh anak buahnya.
            Lamunan komandan Browndr buyar seketika saat matanya menangkap sesuatu sosok di seberang sana.Ia memicingkan sebelah matanya untuk memastikan siapa disana.Tank besar yang dikendarainya terus berjalan mendekati arah yang dituju.Setelah hampir dekat,komandan Browndr baru sadar kalau itu sesosok lelaki tua berjubah kumal.Komandan Browndr langsung memompa selaras senapannya dan bersiap menarik pelatuk ke arah lelaki tua itu.Namun gerakan tangannya terhenti seketika pada waktu melihat lelaki tua itu melakukan gerakan-gerakan aneh,terlihat tersungkur mencium tanah dan duduk,kemudian terlihat mencium tanah kembali.Seketika pikiran komandan Browndr melayang entah kemana.Ia baru ingat kalau gerakan-gerakan lelaki tua itu sama persis dengan yang dilakukan pelayan di rumahnya! Entah kenapa sekujur tubuh komandan Browndr seperti disengat aliran listrik,sehingga membuatnya urung dan menurunkan senapan yang ada di tangannya.
            Segerombolan tank yang ukurannya lebih kecil mendekat ke arah komandan Browndr untuk melaporkan bahwa tugas pantauan hari ini selesai karena hari sudah mulai petang. Ia menurut dan memutar kembali jalur menuju jalan lain.Para pasukan anak buahnya itu tidak mengetahui kalau ia dari tadi sedang mengintai seseorang dari jauh.
            Mobil-mobil tank itu melaju pelan membelah jalanan berpasir menuju ke tempatnya masing-masing.Saat di persimpangan jalan,Tank besar yang dikendarai Browndr Crealdmeer itu berpisah dengan tank-tank yang lebih kecil menuju ke arah jalur lain.Pada saat itulah tanpa ia sadari sekolompok anak-anak dengan penampilan kumal dan tatapan dingin mengintainya dari belakang.Tank besar itu terus melaju membelah kegelapan malam.

*****

            “Annabelle…!! Bangun Annabelle…!!!”
            Browndr terlihat mengguncang tubuh putrinya dengan keras untuk membangunkannya.Antara sadar dan tidak,Annabelle terkejut karena sudah melihat Ayahnya di depannya dengan raut muka cemas.
            “Ada apa Ayah….?” Ucap Annabelle dengan wajah yang masih mengantuk.
            “Ikut Ayah! Kita keluar dari rumah ini sekarang juga!”
            Annabelle masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.Saat mereka berdua berlari melalui pilar-pilar di depan rumah mereka,Annabelle baru sadar kalau rumahnya telah terbakar! Di luar terlihat telah berkumpul para pasukan tentara lengkap dengan tank-tank mereka.
            “Oh,tidak…Siapa yang telah melakukan ini semua,Ayah?”
            “Para bocah-bocah sialan itu! Rupanya Ayah telah salah karena meremehkan akal busuk mereka.Ayo Nak,kita naik mobil sekarang juga! Untuk sementara waktu kita harus pergi dari sini karena seluruh kota ini telah hangus terbakar.”
Annabelle menurut,dengan tergopoh-gopoh ia berlari kecil menuju ke mobil Ayahnya.Tiba-tiba suatu hal yang hampir terlupakan melesat di pikiran Annabelle.
“Oh..No Ayah! No!! Kita harus menjemput Khadija.Dia masih didalam…!”
“Tidak ada waktu lagi,Sayang…Kita harus mementingkan keselamatan kita.Ayo lekas masuk!”
“Tidak,Ayah! Khadija baik dengan aku…” Isak Annabelle tertahan.
“Ayah ngerti…Tapi kita tidak mungkin lagi menyelamatkannya karena rumah hampir seluruhnya telah terbakar.Lagian….dia sama memiliki keyakinan dengan musuh-musuh Ayah!”
What?? Apa yang Ayah bilang tadi…”
“Sudah Annabelle! Ayah bilang masuk ke dalam mobil sekarang!!”
Annabelle tidak bisa lagi membantah perkataan Ayahnya.Ia menangis sesenggukan di dalam mobil.Ia Cuma bisa mengingat perkataan terakhir yang terlontar dari mulut Khadija.Sesungguhnya Tuhan berlaku baik kasih-sayang bagi hamba-Nya yang berprilaku baik pula…Annabelle semakin hanyut terbawa oleh suasana,tanpa disadari kabut di matanya semakin mengepul.Mobil dan pasukan tank terus melaju meninggalkan kawasan kota yang telah hangus terbakar.Meninggalkan sebuah kenangan pahit yang takkan kunjung-kunjung selesai…


                                                                                                           Penjara Suci,
25 Nopember 2010
(01.35 Pagi)

Arief Rahman Heriansyah
Dilahirkan di Amuntai HSU pada tanggal 14 Juni 1992
Mengenyam pendidikan  di PonPes Al Falah Putera Banjarbaru,
Karya tulisnya pernah dimuat di Media cetak seperti Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Serambi Ummah, Media kalimantan, Cahaya Nabawiy, dll. Puisi-puisinya juga pernah dibacakan di Radio PERSADA FM
Pernah juara I cipta puisi antar pesantren se Kal-Sel dan Juara ke III cipta puisi antar pesantren tk.Nasional di Surabaya
Beralamatkan Jln.Abd Aziz Desa Hulu Pasar RT 02 No 37
Kec.Amuntai Tengah HSU Kalimantan Selatan


           

10 komentar:

Unknown mengatakan...

malang nian nasib si annabel

TUKANG CoLoNG mengatakan...

ijin save ya brader. :)

baburinix! mengatakan...

weh...mantap juga tuh ceritanya

izin copy yah...

selamat tahun baru Hijriah 1432...semoga menjadi awal tahun yang baik

Zian mengatakan...

Lanjutkan bakatmu....
Tay, kasih masukan pang gasan cerpenku (di blog).

Muhammad Qori mengatakan...

hiks...hiks...


http://qorimenulis.blogspot.com

is here,

zaini abrar mengatakan...

sayangnya annabell ga di ajarin islam,ituaja kurangnya

nurhayadi mengatakan...

mantabs ceritanya

Syarief Mengejar Mimpi mengatakan...

Hmm..
maaf Q G da posting lge, soal n d’dkung sma k’adaan ‘n k’uangan..
thanks ya thay msih truh link blog Q d blog km ni..
rncna Q, Q mo bkin blog baru..
Wish me Luck..

Ilham Kudo mengatakan...

Hiks hiks...
Maras banar lah kisahnya

Cinema31 mengatakan...

sip sob, ceritanya bagus banget...