Empat setengah tahun secara mata awam adalah waktu yang cukup lama, bahkan sangat lama, namun tidak menurutku. Empat tahun lebih menyelesaikan studi S1 di kampus hijau IAIN Antasari Banjarmasin terasa berlalu dengan begitu cepat. Aku terlalu mengenal banyak hal di rumah (kampus) ini, pengalaman dan segala macam proses kematangan emosional begitu menjadi momok agar aku semakin siap menghadapi tantangan hidup selanjutnya, dan semua benar-benar tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat.
Tahun 2014 mungkin menjadi tahun yang paling berkesan selama aku kuliah di kampus hijau ini, saat itu aku bergelut di PPM (Panitia Pemilihan Mahasiswa) atau istilah lainnya sebagai KPU buat pemilihan calon Presma/Dema di ranah institute, saat itu aku menjabat sebagai ketua PJS, banyak pelajaran dan ilmu yang kudapat agar menjadi pribadi yang lebih gesit dan tau dengan stratag untuk kedepan. Setelah masa-masa di PPM usai secara tidak sengaja aku terpilih menjadi Ketua Umum UKM Sanggar Bahana Antasari periode 2014-2015 melalui Musyta (Musyawarah Anggota Tahunan), aku ingat saat wawancara seleksi Fosma tahun 2011 dulu aku pernah asal asalan menjawab pertanyaan si-peinterview “apa keinginan terbesarmu dalam hal organisasi saat kuliah nanti?” dan dengan refleks saja aku menjawab saat itu ingin menjadi ketua Sanggar Bahana karena pada waktu itu aku ingin sekali bisa menjadi salah satu anggota Sanggar di ranah institut agar bakat dan relation-shif lebih terbuka lebar, tanpa berniat benar-benar ingin jadi seorang pemimpin karena aku tahu menjadi seorang ketua adalah amanah dan tanggung jawab yang sangat berat. Namun di tahun 2014 ini Tuhan memberikan salah satu amanah yang memang benar-benar harus kuemban, yakni menjadi ketua umum salah satu Sanggar Seni terbesar di kampus ini. Dan semuanya pun berjalan begitu saja, terlalu banyak kenangan indah ataupun pahit yang semuanya aku yakin akan berbuah manis…
Tahun 2015, sebenarnya aku ingin mengakhiri dunia aktivis (organisasiku) di tahun ini, mengingat usia semesterku sudah tua, hampir menginjak semester akhir ke-8 saat itu, yang mana pada usia semester itu seharusnya seorang mahasiswa sudah focus pada kelulusannya atau merampungkan tugas akhirnya (skripsi), mengingat juga sudah ada peringatan Orangtua yang mengharuskan aku harus lulus meraih titel sarjana di semester ini juga. Namun memasuki bulan Februari semua jadi berubah, aku dipercayakan oleh teman-teman di HMI untuk menjadi calon Presiden Mahasiswa (Ketua Dema/BEM) pada saat itu, tentu aku langsung menolak dan merasa tidak akan sanggup memimpin rakyat kampus yang mana juga aku tau posisi seorang Ketua Dema adalah posisi dan jabatan tertinggi di seluruh organisasi “student government” kemahasiswaan di ranah institut. Namun Tuhan begitu saja membuka mataku untuk siap menerima kepercayaan, dan didukung penuh oleh orang-orang yang saat itu siap membantuku dalam keadaan apa pun. Semua pun berjalan, sampai pemilihan langsung dengan system pencoblosan oleh seluruh mahasiswa kampus pada saat itu pasangan Aku dan Hely berhasil meraih suara tertinggi dari dua kandidat pasangan lainnya, dan resmilah pada bulan Maret 2015 aku dilantik Pa Rektor menjadi Ketua Dema periode 2015-2016. (Bersambung....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar