Sabtu, 27 Agustus 2011

Menebar Benih Sastra pada zaman "ARUH SASTRA VIII BARABAI 2011"

"MENEBAR BENIH SASTRA PADA ZAMAN"
(Aruh Sastra VIII Barabai 2011)


Oleh: Arief Rahman Heriansyah




Aruh Sastra sebagai even akbar ini merupakan agenda setiap tahun. Secara bergiliran antar Kabupaten yang menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan acara ini. Dan kebetulan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (Barabai) mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah pada tahun ini. Dapat dipastikan acara ini akan berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 16-19 September 2011. Dengan bertajuk “Menebar Benih Sastra di Banua Murakata”, sepertinya slogan tersebut memang benar-benar akan memberikan benih-benih ilmu sastra di ‘kota apam’ tersebut. Tak bisa dipungkirkan kenyataannya.

Dalam pelaksanaannya, difokuskan pada apresiasi kesenian, bahasa dan sastra. Acara Aruh Sastra VIII dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan, yakni :
- Lomba cipta puisi B.Indonesia se-Kalimantan Selatan
- Lomba mengarang Cerpen B.Indonesia se-Kalimantan Selatan
- Lomba penulisan Cerita Rakyat Kab. Hulu Sungai Tengah se-Kalsel
- Penerbitan antologi kumpulan puisi Penyair Kalimantan Selatan
- Safari Sastrawan ke sekolah-sekolah / madrasah
- Festival ‘pergelaran sastra’
- Seminar / dialog sastra bersama Sastrawan & Budayawan Kalsel dan Nasional
- Pelatihan penulisan karya sastra, serta tehnik pembacaan puisi pra-aruh sastra
- Penerbitan buku pemenang lomba cipta puisi, cerpen, dan cerita rakyat HST
- Panggung sastra & gelar sastra
- Pleno Aruh Sastra
Nah, di kegiatan yang seabrek dan sangat penting ini sungguh rugi kalau kita tidak berperan di dalamnya, paling tidak keikutsertaan anda dalam lomba sudah turut meramaikan dan membangkitkan acara ini agar lebih meriah.

Sepertinya para panitia pelaksana sudah sangat mempersiapkan acara ini pada jauh-jauh hari. Dapat kita buktikan pada ‘pelatihan penulisan karya sastra serta tehnik pembacaan puisi’ pra-aruh sastra yang dilaksanakan pada 27-28 Juli lalu pada tiap sekolah di Barabai yang sudah menuai kesuksesan. Dengan menghadirkan dua orang maestro yakni; Ayahanda Arsyad Indradi dan Ali Syamsudin Arsi pada acara tersebut, seperti mengukir sejarah baru pada pelaksanaan Aruh Sastra dari pelaksanaan di tahun-tahun sebelumnya, karena hanya tahun ini yang mengadakan acara pra-aruh sastra tersebut.
Sungguh kabar mengembirakan, bahkan telah terbentuk Komunitas Teater dan Sastra yang beranggotakan para pelajar se-Kabupaten HST. Kepengurusannya dan anggotanya langsung dilantik oleh Ketua DKD HST, Bpk. H.M.Fahmi Wahid, M.Pd yang sekaligus juga mengetuai pelaksanaan Aruh sastra VIII pada tahun ini.
Dikabarkan pula pada acara ini nantinya akan mendatangkan Sastrawan dari daerah Kalsel sebagai pembicara/narasumber yakni; Dimas Arika Mihardja (Dr. Sudarjono, M.Pd) dari Jambi dan Akhmad Subhanudin Alwi dari Cirebon yang telah menyatakan siap hadir di Barabai pada Aruh Sastra VIII tanggal 16 – 19 September 2011 nanti. Serta ada pula pemakalah dari Kalsel sendiri yaitu; Drs. Tajuddinnoor Ganie dan Dr.H.Rustam Efendi. Diperkirarakan para peserta dan tamu undangan yang akan berhadir dalam Aruh Sastra VIII ini berjumlah 400 orang lebih.

Sekarang kita kembali ke masa 7 tahun silam. Pertama kalinya Aruh Sastra Kalsel ini dilaksanakan di kota Kandangan (Kab Hulu Sungai Selatan) pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2005 pelaksanaan Aruh Sastra II bertempat di Batu Licin (Kab Tanah Bumbu). Lalu pada Aruh Sastra yang ke III di tahun 2006, Kota Baru (Kab Pulau Laut) menyatakan siap sebagai tuan rumah selanjutnya. Pada tahun 2007, kota kelahiran saya yakni; Amuntai (Kab Hulu Sungai Utara) juga menjadi tuan rumah pada pelaksanaan acara Aruh Sastra ke-IV tersebut. Dan selanjutnya pada tahun 2008 kota Paringin (Kab Balangan) juga turut sukses menyelenggararakan Aruh Sastra ke-V. Lalu pada pelaksanaan Aruh Sastra ke-VI, yakni di tahun 2009 kota Marabahan (Kab Barito Kuala) juga turut andil untuk menyemarakkan acara ini sebagai tuan rumah. Dan selanjutnya kota Tanjung (Kab Tabalong) telah sukses pula menyelenggarakan Aruh Sastra VII pada tahun 2010 lalu. Dan saya percaya bahwa Bung Raji Abkar lah yang menjadi penggagas utama pada acara ini.

Lalu setelah Aruh Sastra VIII Barabai (Kab Hulu Sungai Tengah) di tahun 2011 ini, siapakah yang siap menjadi tuan rumah untuk Aruh Sastra selanjutnya? Kota idaman Banjarbaru kah? Atau kota seribu sungai Banjarmasin, atau bisa juga Kab Tanah Laut? Di manapun itu pelaksanaannya, harapannya tetap berjalan acara ini pada tiap tahunnya sudah cukup menjawab setumpuk pertanyaan di benak saya.

Aruh Sastra Kalimantan Selatan adalah agenda yang sangat penting bagi para tokoh Sastrawan, Budayawan, Seniman, serta Pegiat sastra. Acara ini seperti menyatukan keberadaan mereka, yang selama ini terkadang jauh dari jamahan pemerintah untuk kelayakan mereka. Hanya dengan ‘seni’ mereka dapat berbagi kepada khalayak. Dan mungkin pula pertumbuhan dan perkembangan bahasa sastra daerah & sastra Indonesia di bumi lambung mangkurat ini memperlihatkan kemajuan signifikan. Maraknya penerbitan buku puisi, cerpen, maupun antologi sepertinya juga sudah turut andil dalam perkembangan sastra di banua kita tercinta ini. Namun ironisnya pula betapa banyak anak muda yang nantinya diharapkan sebagai penerus bangsa sepertinya semakin terseret oleh arus budaya luar yang lebih menjurumus ke arah moderenisasi, mereka seperti tidak akrab dengan budaya lokalitas itu. Betapa negara kita Indonesia adalah negeri yang berbudaya dan memiliki nilai seni yang eksotis pada kacamata dalam negeri maupun dari luar negeri. Tengok saja orang luar (bule) begitu tertariknya mereka dengan kebudayaan negeri kita, sampai-sampai ada yang sengaja mengambil kuliah di sini demi mendapatkan ilmu seni & budaya pada negeri Indonesia. Bukankah itu adalah suatu hal yang ironis? Karena sejatinya masih banyak penduduk dalam negeri yang tidak mengenal budaya mereka sendiri.

Lalu informasi terakhir yang saya dapat melalui koran “Media Kalimantan” (05/8) bahwa naskah lomba yang diterima para juri yakni; Cerpen (89 naskah), Puisi (205 naskah), dan Cerita rakyat (30 naskah). Hal ini sungguh memicu pada bangkitnya semangat para pegiat sastra, dan gairah berkarya itu sepertinya memang betul-betul terbakar.
Pelaksanaan Aruh Sastra VIII ini, mengingatkan kembali saat undangannya diserahkan Bung Raji Abkar (salah seorang anggota Dewan Kesenian Daerah HSU ) kepada saya yang masih seperti anak bawang ini. Paling sudut atas kertas itu tertera tulisan ;
“PANITIA PELAKSANA ARUH SASTRA KE-8 KALIMANTAN SELATAN”.
Ada perasaan meletup di hati saya saat itu, entah kenapa jiwa sastra saya yang akhir-akhir ini padam gara-gara bayang PPN-V Palembang tempo lalu, hari ini seperti bangkit & terbakar kembali. Saya tersenyum atau lebih tepatnya sumringah saat mengetahui bahwa karya yang dilombakan tahun ini adalah cerpen dan puisi berbahasa Indonesia. Karena dua tahun berturut-turut saya mengikuti lomba puisi – yang saat itu berbahasa Banjar- saya tidak pernah menang, bahkan masuk karya pilihan pun tidak.

Mengingat pentingnya even seperti ini, maka sudah sepatutnya bagi kita sebagai generasi muda untuk tetap memperjuangkan agar acara Aruh Sastra ini tidak terhenti dan dapat terus terlaksana serta berjalan lancar pada setiap tahunnya. Salam Sastra!


Sumber: http://esai-artikel.blogspot.com/2011/08/menebar-benih-sastra-pada-zaman-aruh.html

7 komentar:

adittyaregas mengatakan...

kpn acaranya di adakan? siapa aja yg bisa ikut berpartisipasi ikut lomba?

Muhammad Qori mengatakan...

Tengok saja orang luar (bule) begitu tertariknya mereka dengan kebudayaan negeri kita, sampai-sampai ada yang sengaja mengambil kuliah di sini demi mendapatkan ilmu seni & budaya pada negeri Indonesia. Bukankah itu adalah suatu hal yang ironis? Karena sejatinya masih banyak penduduk dalam negeri yang tidak mengenal budaya mereka sendiri.

Wah masa sih, bukannya kita juga belajar budaya mereka???? lewat tv.

Rezky Pratama mengatakan...

harusnya pemuda2 mencintai negaranya sendiri,,
hehehe
maaf oot
tapi ini dilema yak
harusnya kita mencintai kebudayaan negara sendiri baik itu kesastraannya,,,
tapi kenyataannya..

Arief rahman Heriansyah mengatakan...

@Aditya Regas: Siapapun boleh mengikuti rangkaian acara ini, kawan... Tidak harus tokoh seni/sastra saja. Namun untuk lombanya sudah sekitar satu bulan yg lalu telah ditutup.

@Qori Reader: Betul, ironisnya seperti itu. Ini sebagai gambaran saja, tenqyu.

@Rezky: Sebenarnya saya juga dilema (haha), kadang saya demen ma lagu daerah banjar, tapi bisa saja berubah gila sama lagu barat. Ya, keanehan itu tetap saya jalani sampai sekarang ^_^ *peace*

sawali tuhusetya mengatakan...

wah, meski saya tidak mengikuti kegiatan ini secara langsung, saya selalu gembira membaca kabar baik ini, mas arief. selamat idul fitri ya, mohon maaf lahir dan batin, semoga berkah dan rahmah senantiasa tercurah buat kita semua, amiin.

dek siti mengatakan...

aku suka dengan acara sastra seperti ini, meski pun belum pernah berpartisipasi sbg peserta. kurang lihai merangkai kata2 sih hahaha

khazanah sastra indonesia memang hebat. syang jika pemuda sekarang gak melestarikannya dan lebih tertarik pada kegiatan2 hedonisme.

M Mursyid PW mengatakan...

Selalu menarik menyimak berita tentang kreatifitas.
Sukses selalu untuk mas Arif.