Senin, 26 September 2016

Kembali Menjadi Anak Perantauan (Part 2)




Jogja begitu menawarkan tempat-tempat wisata andalan yang bisa kita kunjungi dari sudut tempat manapun, di sini puluhan lebih macam pantai bisa kita temui dengan segala keelokan dan keindahannya, terlebih perbukitan atau tempat-tempat yang bernuansa alam segar dengan segala eksotikanya. Namun aku harus bersabar, ini bukan liburan Rif! Kau di sini sebagai penuntut ilmu, fokuslah dulu untuk keberhasilan, masalah piknik dan refreshing  aka nada saatnya nanti, begitu kataku dalam hati. Namun kerap saja cobaan untuk berlibur itu menghampiri, walhasil aku tetap harus membatasi diri misalkan berlibur ke tempat2 wisata hanya boleh 1 bulan sekali, hehe..























Dulu aku pernah membayangkan kalau kita sudah menempuh pendidikan S2 kerjaannya bisa lebih santai dibandingkan mahasiswa S1 pada umumnya, namun ternyata dugaanku itu jauh meleset. Ya, walaupun SKS nya lebih sedikit dibandingkan S1 namun ujian itu terletak pada tugas-tugasnya!! Kita akan jarang menemukan perintah dosen membuat makalah, melainkan seperti: mereview buku, mempresentasikan jurnal atau paper namun semuanya berbahasa asing! Tentu ini membuatku semakin tercambuk untuk lebih serius mempelajari bahasa Inggris yang aku sadar kelemahanku di sini begitu membuatku menyesal kenapa tidak sedari dulu aku sadar bahwa kemampuan berbahasa itu sangat penting di jaman globalisasi ini. Namun di balik semua itu aku senang bisa 1 kelas dengan teman-teman yang baik dan menyenangkan, mereka ada yang berasal dari Aceh, Palembang, Jawa, Kaltim dan Kalsel. Walaupun di konsentrasi/jurusan kami ini terbilang begitu sedikit peminatnya namun aku tetap menjalaninya dengan sepenuh hati dan gigih karena selalu ingat pesan Abah bahwa ilmu yang langka akan terpakai untuk kehidupan kita kelak. Oh ya, di sini aku memang mengambil jurusan/konsentrasi yang lumayan langka di kampus-kampus lainnya, yakni konsentrasi “Inclusive Education and Disability Studies” (Studi Disabilitas & Pendidikan Inklusi), atau pengertian lainnya yang mana jurusan ini berkonsentrasi dalam penanganan orang-orang difabel (different abilities People) yakni orang-orang berkebutuhan khusus yang sering kita temui di lembaga-lembaga pendidikan (SLB) atau pusat pelayanan untuk orang-orang berkebutuhan berbeda namun bisa juga orang-orang seperti ini kita temui dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, ya bukan? Namun pada sejatinya perbedaan (ketidaksempurnaan) yang mereka miliki bukanlah sebagai halangan untuk mereka berkembang, kita sebagai orang yang lebih sempurna dari mereka tentu harus menganggap keberadaan mereka sebagai makhluk Tuhan yang berharga dan layak mendapatkan pelayanan di mana pun mereka berada.
Nah begitulah kawan, cerita singkatku yang sudah hampir 1 bulan hidup di Banua orang untuk masa depanku selanjutnya. Aku berharap semoga ilmu dan pengalaman berharga yang akan aku dapatkan 2 tahun kedepan bisa bermanfaat untuk dibawa pulang ke tanah Banuaku tercinta nantinya, aamiin.

Yogyakarta, 27 September 2016



























Tidak ada komentar: