Rabu, 05 Oktober 2016

Filsafat Islam Abad Pertengahan sebagai Warisan dari Filsafat Yunani





TUGAS REVIEW

FILSAFAT ILMU

Tema:
“Filsafat Islam Abad Pertengahan sebagai Warisan Filsafat Yunani”



Oleh: Arif Rahman Heriansyah
NIM: 1620010060


PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
INTERDISIPLINARY ISLAMIC STUDIES
KONSENTRASI STUDI DISABILITAS 
& PENDIDIKAN INKLUSI



A.    Pendahuluan

Berbicara mengenai sejarah Filsafat Islam, tentu saja banyak membahas tentang seputar perkembangan Islam. Mulai dari pokok-pokok ajaran Islam, sistem ajaran Islam, pemikiran politik dan hukum Islam pada masa Nabi, masa Khulafa ar-Rasyidun, Umayyah dan Abbasiyah. Kemudian, filsafat Islam semakin mengalami perkembangan dengan munculnya pemikiran teologi yang pertumbuhannya semakin berkembang, diikuti dengan munculnya sufisme dan tarekat sampai dengan adanya Filsafat Islam.
Pada perkembangannya, filsafat Islam memiliki banyak persoalan-persoalan yang memerlukan pemikiran untuk dapat menyelesaikannya. Tentu saja dalam memecahkan persoalan memerlukan peran akal yang optimal. Sehingga muncullah filsafat Islam. Filsafat Islam sendiri memiliki historis yang cukup panjang. Ketika berbicara tentang Filsafat Islam, tentu saja tidak lepas dari Filsafat Yunani, karena Filsafat Islam memang mendapat pengaruh dari Filsafat Yunani.
Dalam tugas riview ini saya juga akan mencoba memaparkan tentang ilmu filsafat yang dibawa oleh ilmuan Islam yang termasyhur di jamannya; yakni Ibnu Sina, serta bagaimana teologi dan pemikiran-pemikirannya.

B.     Pembahasan

Di dalam al-kitab Tis’u Rasa’il yang telah saya tela’ahi, diantara ilmuwan-ilmuwan filsafat Islam salah satunya yang paling termasyhur ialah Ibnu Sina. Seorang Ibnu Sina banyak sekali mempunyai keahlian di bidang ilmu seperti ilmu kalam, kesastraan, sains, kedokteran dan terlebih ilmu filsafat. Di suatu cerita, ia juga mendalami ilmu agama dan metafisika dari Plato dan Aristoteles secara berulang-ulang. Namun setelah membaca karya gurunya “Al-Faraby” yang juga mengambil ilmu dari filsafat Yunani baru seorang Ibnu Sina semakin mendapatkan pencerahan dan semakin paham secara terang-benderang akan ilmu filsafat yang ia pelajari selama ini. Secara garis besar filsafat Islam memang benar adanya sebagai warisan atau pengaruh dari filsafat Yunani.
Menurut Ibnu Sina, filsafat adalah upaya penyempurnaan jiwa untuk menggambarkan realitas atau kebenaran, baik secara teoritis maupun praktis, selagi hal itu mungkin bagi kadar kemampuan manusia.
Ibnu Sina membagi filsafat pada 2 hal, yakni filsafat teoritis dan filsafat praktis.
a.       Filsafat Teoritis terbagi menjadi tiga bagian, semuanya adalah filsafat yang berhubungan dengan gerak dan perubahan, yakni: 1). Alam = teori Fisika, 2). Alam Realitas = teori Matematika,  3). Tidak berkaitan dengan realitas maupun pikiran = teori metafisika.
b.      Adapun Filsafat Praktis di sini dibagi menjadi 3 bagian pembelajaran, yakni:
-          Filsafat urusan publik   = misalkan politik & sosial
-          Filsafat urusan rumah-tangga   = keluarga
-          Filsafat urusan individu  = etika dan sebagainya
Di dalam teologi filsafat yang telah dibawa oleh Ibnu Sina juga tak terlepas dari pembahasan tentang “Filsafat Jiwa”. Di dalam teori filsafat jiwa ini manusia terbagi 2 bagian yakni ‘tak terlihat’ dan ‘tampak’.
Maksud dari tak terlihat di sini ialah Ruh (jiwa) yang diwakilkan dengan             yang berarti perbuatan dan diwakilkan dengan                yang berarti pemikiran.
Adapun maksud tampak di sini ialah di dalam diri manusia terdapat 3 jiwa yakni:
-                    = jiwa tumbuhan (yang maknanya di sini ialah tubuh manusia menyerap makanan untuk tumbuh dan berkembang biak, reproduksi seperti halnya tumbuh-tumbuhan)
-                      = jiwa hewani/binatang (yang maknanya di sini ialah memiliki daya penggerak untuk mengikuti segala keinginannya, melindungi diri dari ketakutan dan mara bahaya seperti halnya sifat hayawan)
-                        = jiwa manusia secara rasional, yakni berpikir praktis dan teoritis

Berbicara tentang sejarah, pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia (336-323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah timur Tigris).
Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam belum begitu nampak karena ketika itu perhatian penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada kebudayaan Arab. Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti Abbasiyah karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahan pusat.
Ilmu filsafat dalam Islam pertama kali muncul dan berkembang di wilayah-wilayah Islam belahan timur, terutama di Baghdad. Baru tiga abad kemudian, ilmu filsafat ini berkembang luas di dunia Islam belahan barat yang berpusat di Cordoba (Andalusia/Spanyol). Keterlambatan tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa buku-buku yang dihasilkan di dunia Islam belahan timur baru masuk secara besar-besaran ke dunia Islam belahan barat sejak paruh kedua abad ke-4 H, dengan dorongan dan bantuan dari pihak penguasa, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Hakam II (350-366 H)
Filsafat Yunani sendiri lahir untuk menggantikan kepercayaan dari orang-orang Yunani yang banyak bersumber dari dongeng dan mitos-mitos. Banyaknya kepercayaan terhadap mitos, maka muncullah golongan yang menentangnya. Golongan yang menentang adalah ahli pikir yang pada waktu itu mulai berpikir tentang semesta alam dan berupaya mencari jawaban dengan menggunakan akal (rasio), tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh di masa ini adalah seperti Plato dan Aristoteles.           
Sedangkan Filsafat Islam menurut Muhammad ‘Athif al-‘Iraqy dalam buku Hasyimsyah Nasution yang berjudul Filsafat Islam, Filsafat Islam secara umum ialah meliputi di dalamnya Ilmu Kalam, Ushul Fikih, Ilmu Tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir Islam. Adapun ciri-ciri filsafat Islam, yaitu religius, rasional, dan sinkretis. Tokoh ahli filsafat Islam yang muncul dan berperan penting di abad pertengahan ini ialah seperti Al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Alkindy, dan lain-lain
Di dalam munculnya filsafat Islam membahas masalah yang sudah pernah dibahas oleh Filsafat Yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan roh, dan di dalam filsafat Islam terdapat perpaduan antara agama dan filsafat, antara akidah dan hikmah, serta antara wahyu dan akal.
Kehadiran filsafat Yunani banyak memotivasi pengembangan filsafat Islam walaupun hal ini tidak berarti bahwa para pemikir Islam sepenuhnya mengikuti ide-ide dari orang Yunani. Sebaliknya mereka menerapkan pemikiran Yunani sebagai metodologi untuk menela’ah subjek-subjek keislaman dan dalam tataran tertentu mereka mengembangkan pula metode baru sehingga membuahkan gagasan-gagasan cemerlang yang belum pernah ada sebelumnya di era dan negeri Yunani.
Bukti bahwa Filsafat Yunani mewariskan ilmunya ke dalam munculnya Filsafat Islam, misalkan dalam kata pembuka Al-Shifa; Ibnu Sina mengatakan: “Saya mulai dengan mempelajari logika dan dalam lapangan ini saya mengikuti tulisan-tulisan Aristoteles, namun di mana-mana terdapat akan kelemahan dan saya tambah sendiri. Logikanya adalah diikuti dengan ilmu fisika. Kesimpulannya dalam lapangan ini ada beberapa hal yang saya tidak sesuai dengan Aristoteles. Kemudian saya mempelajari seometri, persoalan-persoalan yang agak sukar saya permudah akan tetapi tidak sampai merobah. Kemudian terakhir saya tulis sebuah ringkasan yang terang melalui asimilasi dari pokok pikiran saya sendiri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam pada abad pertengahan dulu banyak mengambil pikiran dari Plato ataupun Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikirannya sehingga banyak teorinya yang dipakai. Memang demikianlah keaadaan orang yang dating kemudian, terpengaruh oleh orang-orang yang sebelumnya dan berguru kepada mereka. Kita saja yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih berhutang budi kepada para ilmuwan-ilmuwan terdahulu termasuk orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor keseluruhan atau hanya mengutip, karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran serta pikiran.
Seorang filosof berhak mengambil sebagian pandangan dari orang lain atau pendahulunya, akan tetapi hal itu tidak  menghalanginya untuk membawa teori dan pemikiran filsafatnya sendiri. Misalkan Ibnu Sina, walaupun sebagai murid yang murni dari Aristoteles tetapi ia mempunyai pandangan tersendiri yang tidak dikatakan oleh gurunya. Jadi filosof Islam mampu menyusun suatu filsafat untuk dirinya sendiri yang berjalan seiring dengan nilai pokok agama dan kondisi sosialnya.
Di abad pertengahan, filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof terdahulunya. Pada akhirnya tidak bisa dipungkiri bahwa dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam itu sendiri.
Dalam konteks inilah, kiranya sungguh tepat penegasan yang digulirkan oleh Hossein Nars mengenai otentisitas Filsafat Islam itu sendiri, yakni:
            “Islamic philosophy is Islamic not only by virtue of the fact it was cultivated in the Islamic world and by muslims, but because it derives its principles, inspiration and many of the questions with which it has been concerned from the sources of Islamic revelation despite the claims of its opponents to the contrary”.
            (Filsafat Islam adalah bercorak Islam bukan hanya karena ia dibudidayakan di dunia Islam dan dikonstruksi oleh kaum muslimin, melainkan juga karena menguraikan prinsip-prinsip dan menimba inspirasi dari sumber-sumber wahyu Islam, serta menangani banyak persoalan dengan sumber-sumber itu kendati ada klaim-klaim yang bertentangan dari para penentangnya.)

Faktor-faktor Timbulnya Filsafat Islam
Adapun faktor-faktornya sebagai berikut:
a.       Munculnya para penerjemah Naskah. Kelahiran filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban disebutkan bahwa usaha penerjemahan ini tidak hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani saja, tetapi juga naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani, Persia, dan India. Usaha ini telah menghasilkan tersedianya buku-buku berbahasa Arab dalam jumlah banyak di perpustakaan-perpustakaan, baik yang dibangun para penguasa Muslim maupun yang dibangun para hartawan. Ketersediaan buku-buku terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan Muslim untuk berkenalan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Kristen, dan Majusi pada masa-masa sebelum munculnya Islam.
b.      Faktor dorongan ajaran Islam, Islam menginginkan agar kita sebagai umat berpikir tentang kejadian penciptaan langit dan bumi, dan penciptaan langit dan bumi tentu ada yang menciptakannya, atas dasar keingintahuan inilah perlunya pemikiran untuk dapat mencari tahu lebih lanjut dengan menggunakan pemikiran filsafat.
c.       Faktor perpecahan di kalangan umat Islam (intern), sepeninggal Utsman bin Affan banyak terjadi perpecahan yang awalnya karena persoalan politik, namun berlanjut ke berbagai bidang seperti agama. Mereka cenderung mempertahankan argumen masing-masing dan untuk menyerang lawan, maka masing-masing menggunakan akalnya. Mereka mempelajari pemikiran dari Yunani dan Persia yang mengutamakan akal sebagai sumber, sehingga mereka dapat membentuk filsafat Islam itu sendiri.
d.      Faktor dakwah Islam, dalam dakwah terutama ketika memberi seruan kepada orang-orang untuk masuk Islam misalnya, tentu dalam menyampaikan segala dalil harus rasional. Hal inilah yang memicu perlunya filsafat.
e.       Faktor menghadapi tantangan zaman (ekstern), kehidupan mengalami dinamika, begitu juga Islam yang harus menyesuaikan diri dengan zaman yang memiliki persoalan baru. Oleh karena itu, Islam juga harus memiliki pemikiran yang berkembang. Pengembangan pemikiran inilah berlangsung dalam filsafat.
f.       Faktor pengaruh kebudayaan lain, setelah wilayah kekuasaan Islam semakin meluas, tentu banyak bertemu dengan kebudayaan lain dan tertarik untuk mempelajari, sehingga terjadi sentuhan dengan budaya asli.


C.    Kesimpulan

Di antara buku-buku yang saya tela’ahi memang banyak sumber-sumber yang menyatakan bahwa pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-6 atau ke-8 Masehi, dan pada akhirnya memang seyogyanya yang dikatakan orang banyak bahwa Filsafat Islam abad pertengahan itu sebagai  warisan dari Filsafat Yunani, akan tetapi saya temui juga di sedikit sumber yang menyatakan bahwa filsafat Islam itu timbul tidak ada campur-tangannya dengan keberadaan filsafat Yunani atau ilmuan barat pada saat itu, yang pada intinya keukuh menyatakan bahwa filsafat Islam memang murni datangnya dari Islam (Tuhan semesta Alam).
Perbandingan  dan kesamaan antara  Filsafat Barat dan Filsafat Islam adalah  sebagai berikut :
Persamaannya, sama-sama berpikir radikal, bebas. Kedua-duanya menggunakan logikal akal, dialektika.  Kedua-duanya berfikir tentang realitas alam, kosmologi.
Namun perbedaannya adalah:
a. Filsafat Barat/Yunani: Mengguakan rasio,  berpijak pada hal-hal yang konkrit, dan terkadang hanya berfilsafat.
b. Filsafat Islam: Berfilsafat  menggunakan akal dan  bersandar  pada wahyu, ruang lingkup pembahasannya yang abstrak maupun konkrit, fisik maupun metafisik, berfilsafat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami realitas alam, serta berfilsafat dimulai dengan keimanan kepada Allah Swt. Wallahu’alam

D.    Referensi (Daftar Pustaka)

-          Al-kitab “Tis’u Rasa’il”, Ibn Sina _At-Thabi’iyyat min Uyun al-Hikmah, Ibn Sina_Al-Quwa al-Insaniyyah wa Idrakatiha,
-          Islamic Philosophy by Dr. Oemar Amin Hoesin
-          History of Islamic Philosophy by Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman
-          Filsafat Islam Metode dan Penerapan oleh Dr. Ibrahim Madkor
-          Filsafat Islam Kajian Tematik oleh Dr. Zaprulkhan, M.S.I
-          Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam oleh Dr. ardian Husaini, et. al
-          Filsafat Islam oleh Hasyimsyah Nasution
-          Pengantar Filsafat Islam oleh Ahmad Hanafi, MA

Tidak ada komentar: