TUGAS
REVIEW
FILSAFAT
ILMU
Tema:
“Filsafat
Islam Abad Pertengahan sebagai Warisan Filsafat Yunani”
Oleh:
Arif Rahman Heriansyah
NIM:
1620010060
PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
INTERDISIPLINARY ISLAMIC STUDIES
KONSENTRASI STUDI DISABILITAS
& PENDIDIKAN INKLUSI
& PENDIDIKAN INKLUSI
A.
Pendahuluan
Berbicara
mengenai sejarah Filsafat Islam, tentu saja banyak membahas tentang seputar
perkembangan Islam. Mulai dari pokok-pokok ajaran Islam, sistem ajaran Islam,
pemikiran politik dan hukum Islam pada masa Nabi, masa Khulafa ar-Rasyidun,
Umayyah dan Abbasiyah. Kemudian, filsafat Islam semakin mengalami perkembangan
dengan munculnya pemikiran teologi yang pertumbuhannya semakin berkembang,
diikuti dengan munculnya sufisme dan tarekat sampai dengan adanya Filsafat
Islam.
Pada
perkembangannya, filsafat Islam memiliki banyak persoalan-persoalan yang
memerlukan pemikiran untuk dapat menyelesaikannya. Tentu saja dalam memecahkan
persoalan memerlukan peran akal yang optimal. Sehingga muncullah filsafat
Islam. Filsafat Islam sendiri memiliki historis yang cukup panjang. Ketika
berbicara tentang Filsafat Islam, tentu saja tidak lepas dari Filsafat Yunani,
karena Filsafat Islam memang mendapat pengaruh dari Filsafat Yunani.
Dalam tugas
riview ini saya juga akan mencoba memaparkan tentang ilmu filsafat yang dibawa
oleh ilmuan Islam yang termasyhur di jamannya; yakni Ibnu Sina, serta bagaimana
teologi dan pemikiran-pemikirannya.
B.
Pembahasan
Di dalam al-kitab Tis’u Rasa’il yang telah saya
tela’ahi, diantara ilmuwan-ilmuwan filsafat Islam salah satunya yang paling
termasyhur ialah Ibnu Sina. Seorang Ibnu Sina banyak sekali mempunyai keahlian
di bidang ilmu seperti ilmu kalam, kesastraan, sains, kedokteran dan terlebih
ilmu filsafat. Di suatu cerita, ia juga mendalami ilmu agama dan metafisika
dari Plato dan Aristoteles secara berulang-ulang. Namun setelah membaca karya
gurunya “Al-Faraby” yang juga mengambil ilmu dari filsafat Yunani baru seorang
Ibnu Sina semakin mendapatkan pencerahan dan semakin paham secara
terang-benderang akan ilmu filsafat yang ia pelajari selama ini. Secara garis
besar filsafat Islam memang benar adanya sebagai warisan atau pengaruh dari
filsafat Yunani.
Menurut Ibnu
Sina, filsafat adalah upaya penyempurnaan jiwa untuk menggambarkan realitas
atau kebenaran, baik secara teoritis maupun praktis, selagi hal itu mungkin
bagi kadar kemampuan manusia.
Ibnu Sina membagi
filsafat pada 2 hal, yakni filsafat teoritis dan filsafat praktis.
a. Filsafat Teoritis terbagi menjadi tiga bagian,
semuanya adalah filsafat yang berhubungan dengan gerak dan perubahan, yakni:
1). Alam = teori Fisika, 2).
Alam Realitas = teori Matematika, 3). Tidak berkaitan dengan realitas
maupun pikiran = teori metafisika.
b. Adapun Filsafat Praktis di sini dibagi menjadi 3
bagian pembelajaran, yakni:
-
Filsafat
urusan publik = misalkan politik
& sosial
-
Filsafat
urusan rumah-tangga = keluarga
-
Filsafat
urusan individu = etika dan sebagainya
Di dalam
teologi filsafat yang telah dibawa oleh Ibnu Sina juga tak terlepas dari
pembahasan tentang “Filsafat Jiwa”. Di dalam teori filsafat jiwa ini manusia
terbagi 2 bagian yakni ‘tak terlihat’ dan ‘tampak’.
Maksud dari
tak terlihat di sini ialah Ruh (jiwa)
yang diwakilkan dengan yang berarti perbuatan dan diwakilkan
dengan yang berarti
pemikiran.
Adapun maksud
tampak di sini ialah di dalam diri manusia terdapat 3 jiwa yakni:
-
= jiwa tumbuhan (yang maknanya di
sini ialah tubuh manusia menyerap makanan untuk tumbuh dan berkembang biak,
reproduksi seperti halnya tumbuh-tumbuhan)
-
= jiwa hewani/binatang (yang
maknanya di sini ialah memiliki daya penggerak untuk mengikuti segala
keinginannya, melindungi diri dari ketakutan dan mara bahaya seperti halnya
sifat hayawan)
-
= jiwa manusia secara rasional,
yakni berpikir praktis dan teoritis
Berbicara
tentang sejarah, pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat
Yunani yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah
di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Dalam
Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan
dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah itu melalui ekspansi Alexander
Agung, penguasa Macedonia (336-323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad
ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah timur Tigris).
Pada masa
Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam belum begitu nampak
karena ketika itu perhatian penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada
kebudayaan Arab. Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti
Abbasiyah karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting
dalam struktur pemerintahan pusat.
Ilmu filsafat dalam Islam
pertama kali muncul dan berkembang di wilayah-wilayah Islam belahan timur,
terutama di Baghdad. Baru tiga abad kemudian, ilmu filsafat ini berkembang luas
di dunia Islam belahan barat yang berpusat di Cordoba (Andalusia/Spanyol). Keterlambatan
tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa buku-buku yang dihasilkan di dunia
Islam belahan timur baru masuk secara besar-besaran ke dunia Islam belahan
barat sejak paruh kedua abad ke-4 H, dengan dorongan dan bantuan dari pihak
penguasa, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Hakam II (350-366 H)
Filsafat
Yunani sendiri lahir untuk menggantikan kepercayaan dari orang-orang Yunani
yang banyak bersumber dari dongeng dan mitos-mitos. Banyaknya kepercayaan
terhadap mitos, maka muncullah golongan yang menentangnya. Golongan yang
menentang adalah ahli pikir yang pada waktu itu mulai berpikir tentang semesta
alam dan berupaya mencari jawaban dengan menggunakan akal (rasio), tokoh-tokoh
yang sangat berpengaruh di masa ini adalah seperti Plato dan Aristoteles.
Sedangkan
Filsafat Islam menurut Muhammad ‘Athif al-‘Iraqy dalam buku Hasyimsyah Nasution
yang berjudul Filsafat Islam, Filsafat Islam secara umum ialah meliputi di
dalamnya Ilmu Kalam, Ushul Fikih, Ilmu Tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya
yang diciptakan oleh ahli pikir Islam. Adapun ciri-ciri filsafat Islam, yaitu
religius, rasional, dan sinkretis. Tokoh ahli filsafat Islam yang muncul dan
berperan penting di abad pertengahan ini ialah seperti Al-Faraby, Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd, Alkindy, dan lain-lain
Di dalam
munculnya filsafat Islam membahas masalah yang sudah pernah dibahas oleh
Filsafat Yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan roh, dan di dalam filsafat
Islam terdapat perpaduan antara agama dan filsafat, antara akidah dan hikmah, serta
antara wahyu dan akal.
Kehadiran
filsafat Yunani banyak memotivasi pengembangan filsafat Islam walaupun hal ini
tidak berarti bahwa para pemikir Islam sepenuhnya mengikuti ide-ide dari orang
Yunani. Sebaliknya mereka menerapkan pemikiran Yunani sebagai metodologi untuk
menela’ah subjek-subjek keislaman dan dalam tataran tertentu mereka
mengembangkan pula metode baru sehingga membuahkan gagasan-gagasan cemerlang
yang belum pernah ada sebelumnya di era dan negeri Yunani.
Bukti bahwa
Filsafat Yunani mewariskan ilmunya ke dalam munculnya Filsafat Islam, misalkan
dalam kata pembuka Al-Shifa; Ibnu Sina mengatakan: “Saya mulai dengan
mempelajari logika dan dalam lapangan ini saya mengikuti tulisan-tulisan
Aristoteles, namun di mana-mana terdapat akan kelemahan dan saya tambah
sendiri. Logikanya adalah diikuti dengan ilmu fisika. Kesimpulannya dalam
lapangan ini ada beberapa hal yang saya tidak sesuai dengan Aristoteles.
Kemudian saya mempelajari seometri, persoalan-persoalan yang agak sukar saya
permudah akan tetapi tidak sampai merobah. Kemudian terakhir saya tulis sebuah
ringkasan yang terang melalui asimilasi dari pokok pikiran saya sendiri.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani.
Filosof-filosof Islam pada abad pertengahan dulu banyak mengambil pikiran dari
Plato ataupun Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikirannya
sehingga banyak teorinya yang dipakai. Memang demikianlah keaadaan orang yang
dating kemudian, terpengaruh oleh orang-orang yang sebelumnya dan berguru
kepada mereka. Kita saja yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih
berhutang budi kepada para ilmuwan-ilmuwan terdahulu termasuk orang-orang
Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor keseluruhan atau
hanya mengutip, karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai
aliran serta pikiran.
Seorang
filosof berhak mengambil sebagian pandangan dari orang lain atau pendahulunya,
akan tetapi hal itu tidak menghalanginya
untuk membawa teori dan pemikiran filsafatnya sendiri. Misalkan Ibnu Sina,
walaupun sebagai murid yang murni dari Aristoteles tetapi ia mempunyai
pandangan tersendiri yang tidak dikatakan oleh gurunya. Jadi filosof Islam
mampu menyusun suatu filsafat untuk dirinya sendiri yang berjalan seiring
dengan nilai pokok agama dan kondisi sosialnya.
Di abad
pertengahan, filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan
suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof terdahulunya.
Pada akhirnya tidak bisa dipungkiri bahwa dunia Islam telah berhasil membentuk
suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat
Islam itu sendiri.
Dalam konteks
inilah, kiranya sungguh tepat penegasan yang digulirkan oleh Hossein Nars
mengenai otentisitas Filsafat Islam itu sendiri, yakni:
“Islamic
philosophy is Islamic not only by virtue of the fact it was cultivated in the
Islamic world and by muslims, but because it derives its principles,
inspiration and many of the questions with which it has been concerned from the
sources of Islamic revelation despite the claims of its opponents to the
contrary”.
(Filsafat Islam adalah bercorak Islam bukan hanya
karena ia dibudidayakan di dunia Islam dan dikonstruksi oleh kaum muslimin,
melainkan juga karena menguraikan prinsip-prinsip dan menimba inspirasi dari
sumber-sumber wahyu Islam, serta menangani banyak persoalan dengan
sumber-sumber itu kendati ada klaim-klaim yang bertentangan dari para
penentangnya.)
Faktor-faktor Timbulnya
Filsafat Islam
Adapun faktor-faktornya
sebagai berikut:
a.
Munculnya para
penerjemah Naskah. Kelahiran filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha
penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan
ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam. Dalam
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban disebutkan bahwa usaha
penerjemahan ini tidak hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani
saja, tetapi juga naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani,
Persia, dan India. Usaha ini telah menghasilkan tersedianya buku-buku berbahasa
Arab dalam jumlah banyak di perpustakaan-perpustakaan, baik yang dibangun para
penguasa Muslim maupun yang dibangun para hartawan. Ketersediaan buku-buku
terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan Muslim untuk berkenalan dengan
ilmu pengetahuan dan filsafat, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang
Yahudi, Kristen, dan Majusi pada masa-masa sebelum munculnya Islam.
b.
Faktor
dorongan ajaran Islam, Islam menginginkan agar kita sebagai umat berpikir
tentang kejadian penciptaan langit dan bumi, dan penciptaan langit dan bumi
tentu ada yang menciptakannya, atas dasar keingintahuan inilah perlunya
pemikiran untuk dapat mencari tahu lebih lanjut dengan menggunakan pemikiran
filsafat.
c.
Faktor
perpecahan di kalangan umat Islam (intern), sepeninggal Utsman bin Affan banyak
terjadi perpecahan yang awalnya karena persoalan politik, namun berlanjut ke
berbagai bidang seperti agama. Mereka cenderung mempertahankan argumen
masing-masing dan untuk menyerang lawan, maka masing-masing menggunakan
akalnya. Mereka mempelajari pemikiran dari Yunani dan Persia yang mengutamakan
akal sebagai sumber, sehingga mereka dapat membentuk filsafat Islam itu sendiri.
d.
Faktor dakwah
Islam, dalam dakwah terutama ketika memberi seruan kepada orang-orang untuk
masuk Islam misalnya, tentu dalam menyampaikan segala dalil harus rasional. Hal
inilah yang memicu perlunya filsafat.
e.
Faktor
menghadapi tantangan zaman (ekstern),
kehidupan mengalami dinamika, begitu juga Islam yang harus menyesuaikan diri
dengan zaman yang memiliki persoalan baru. Oleh karena itu, Islam juga harus
memiliki pemikiran yang berkembang. Pengembangan pemikiran inilah berlangsung
dalam filsafat.
f.
Faktor
pengaruh kebudayaan lain, setelah wilayah kekuasaan Islam semakin meluas, tentu
banyak bertemu dengan kebudayaan lain dan tertarik untuk mempelajari, sehingga
terjadi sentuhan dengan budaya asli.
C.
Kesimpulan
Di antara
buku-buku yang saya tela’ahi memang banyak sumber-sumber yang menyatakan bahwa
pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai
kaum Muslimin pada abad ke-6 atau ke-8 Masehi, dan pada akhirnya memang
seyogyanya yang dikatakan orang banyak bahwa Filsafat Islam abad pertengahan
itu sebagai warisan dari Filsafat Yunani,
akan tetapi saya temui juga di sedikit sumber yang menyatakan bahwa filsafat
Islam itu timbul tidak ada campur-tangannya dengan keberadaan filsafat Yunani
atau ilmuan barat pada saat itu, yang pada intinya keukuh menyatakan bahwa filsafat Islam memang murni datangnya dari
Islam (Tuhan semesta Alam).
Perbandingan dan kesamaan antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam adalah sebagai berikut :
Persamaannya, sama-sama
berpikir radikal, bebas. Kedua-duanya menggunakan logikal akal,
dialektika. Kedua-duanya berfikir
tentang realitas alam, kosmologi.
Namun perbedaannya adalah:
a. Filsafat Barat/Yunani:
Mengguakan rasio, berpijak pada hal-hal
yang konkrit, dan terkadang hanya berfilsafat.
b. Filsafat Islam: Berfilsafat menggunakan akal dan bersandar
pada wahyu, ruang lingkup pembahasannya yang abstrak maupun konkrit, fisik
maupun metafisik, berfilsafat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami
realitas alam, serta berfilsafat dimulai dengan keimanan kepada Allah Swt. Wallahu’alam
D.
Referensi
(Daftar Pustaka)
-
Al-kitab
“Tis’u Rasa’il”, Ibn Sina _At-Thabi’iyyat min Uyun al-Hikmah, Ibn Sina_Al-Quwa
al-Insaniyyah wa Idrakatiha,
-
Islamic
Philosophy by Dr. Oemar Amin Hoesin
-
History
of Islamic Philosophy by Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman
-
Filsafat
Islam Metode dan Penerapan oleh Dr. Ibrahim Madkor
-
Filsafat
Islam Kajian Tematik oleh Dr. Zaprulkhan, M.S.I
-
Filsafat
Ilmu Perspektif Barat dan Islam oleh Dr. ardian Husaini, et. al
-
Filsafat Islam oleh Hasyimsyah Nasution
-
Pengantar
Filsafat Islam oleh Ahmad Hanafi, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar